Run Away !!!


            Aku tiba-tiba mengingat sesuatu. Aku mengenakan kemeja hijau dan sepatu putih, kemudian jalan tergopoh-gopoh dijalanan yang padat dengan kendaraan. Saat itu aku hanya tersesat dengan air mata, hati, dan pikiran. Kacau sekali rasanya. Aku mendaki sebuah tangga yang terjal, usang dan berlumut, ketempat biasanya dua sosok teman saling bercengkrama. Aku ingat kejadian itu sekitar dua tahun yang silam. Sudah lama sekali tetapi masih bisa aku rasakan suasananya yang hingga saat ini melekat. Ditempat usang itu aku hanya merenung, dan berbagi air mata ku pada kayu-kayu yang mulai mengering. Aku ingat seminggu yang lalu aku pernah berfikir bahwa mungkin hari ini, bisa menjadi yang terahir kalinya. Ada yang bertanya kenapa harus Cappucino?. Lalu aku menjawab karena aku menyukainya. Tapi Cappucino mengundang banyak semut. Lalu aku menjawab, semut juga makhluk hidup dan butuh makan. Lalu aku ganti bertanya kenapa harus pisang goreng?, kemudian sosok itu menjawab pisang goreng itu enak. Aku ingat itu tanggal 6 April 2011. Rasanya masih terlalu singkat perjalanan yang mengajarkan aku bagaimana cara untuk tersenyum, menangis, ikhlas, dan sabar didalam hidup. Bukan dibuat-buat, tapi itu seperti hal yang tumbuh secara alami dari hati. Kemudian aku tersadar, dan menemui sosok yang terlihat sangat cemas itu. Aku ingat waktu itu aku menjadi gila, menceritakan hal yang tidak lucu kepada orang dan tertawa sendiri. Hanya sekedar menghibur diri, dan aku juga tidak tahu bahwa sulit sekali menyembunyikan kepedihan. Aku bertanya pada sosok itu “Bagaimana?” dengan nada datar, bahkan saat itu aku tidak berani menatap matanya tajam, hanya saja aku tidak kuat menyembunyikan air mata yang rasanya ingin menetes. Sosok itu hanya mengatakan “Hanya saja semakin gila”. Aku tahu 22 April 2011 menjadi hari terakhir, lalu kekhawatiranku menjadi kenyataan.
            Lalu bagaimana dengan besok? Aku hanya bingung harus berbuat apa. Saat ini aku benci hari rabu, aku benci cappucino, benci semut, dan menyukai pisang goreng. Apa kau tahu kaktus? Kau tahu, sekarang aku menyukainya? Kalau saat ini aku mengatakannya padamu, kau akan mengatakan “Kenapa suka kaktus?”, lalu aku bilang “Suka aja”, dan kau akan menyenggol bahuku pelan. Tapi itu tidak terjadi, hanya hayalan ku saja. Sudahlah, tidak apa-apa, aku memang suka berhayal.
            Sebelum kau tanya, aku sudah bisa menjawabnya duluan. Namun sayang sekali kau tidak pernah bertanya. Ada satu pertanyaan yang sebenarnya ingin aku katakan. Apa kau bahagia bersamanya?. Lalu kau akan menjawab biasa saja. Aku sudah tahu itu. Secara tidak sadar aku benci jawaban itu, tapi aku juga sering menjawab seperti itu.
            Lalu apa kau merindukanku? Setahun yang silam kau pernah memeluk ku, dan mengatakan “aku akan merindukan mu sayang”, coba saja kau mencegah ku untuk pergi, pasti aku akan tetap disisi mu. Lalu, siapa teman belajarmu sekarang? Yang jelas bukan aku. Dan aku tahu kau sudah tidak membutuhkanku lagi, bahkan sudah lupa. Iya kan? Aku sudah menduganya. Aku sudah tidak pernah ketempat itu lagi. Hanya saja masih teringat dan sangat merindukan tempat itu, dan kau.
            Apa kau mau makan sop daging hari ini? Lalu kau akan bilang, ya aku mau tapi kau harus janji menghabiskan nasinya. Aku ingat betul bagaimana kau marah saat aku tidak menghabiskan setengah piring nasi. Lalu kita aku menyebrang untuk beli es krim, dan memakannya dengan gembira. Atau kau menyanyikan lagu yang kau benci. Bahkan aku ingat baju apa yang cocok sekali dengan mu. Abu-abu dan biru itu warna favorit kita. Apa masih ingat dengan es teller? Atau ingat danau itu dan kakimu sebelah kanan masuk kedalam lubang, kemudian aku tertawa puas.
            Waktu terlalu cepat berlalu, namun ingatanku masih kental dan hangat tentang masa itu. Sekarang urusanmu adalah urusanmu, urusanku adalah urusanku. Aku tidak tahu keadaanmu sekarang, apalagi kau yang tidak ingin tahu tentang keadaanku. Hanya saja merindukan saat-saat itu. Aku rindu bagaimana kau tersenyum. Bisa kembalikan senyum dan hatiku?
            Aku tahu kau bukanlah donat. Donat bukanlah jenis mamalia. Mamalia tidak menyukai kaktus. Tapi kaktus menyukai aku. Dan aku juga menyukai kamu. Tapi kamu sudah menjadi milik dia. Dia saat ini yang terbaik untuk mu. Ya Sudahlah. Kata itu terdengar seperti menggantung. Tapi? Apalagi? Keadaan tidak akan bisa dirubah lagi. 

-Im Indonesian-

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer