Anak Bandal


            “Memang lah kau, anak kurang ajar, disuruh pulang aja malas kali, setahun sekali nya kau pulang, cepat pulang kau mbak” itu Cuma kata-kata dari adikku yang katanya sih kangen, padahal aku enggak. Akhirnya setelah setahun gak pulang ke Medan, akhirnya tahun ini aku pulang dengan membawa sebungkus kerecek, sebungkus abon, dan sebungkus bakpia yang semua nya dipesan ibu. Aku kesini gak muluk-muluk membawa secerca harapan, uang yang banyak, dan kabar gembira karna kulit manggis ada ekstraknya. Aku pulang karna syarat dan keiginan untuk mendapatkan uang THR saat lebaran nanti. Tapi aku tahu itu imposibro.
            Sekolah di Jogja membuatku sangat-sangat sibuk, bakan lupa untuk pulang. Aku belajar dan bekerja keras untuk mendapatkan ilmu, tapi semua itu hanya mitos. Jangan ada yang percaya. Karna aku disana hanya main, travel, nongkrong, apalagi coba. Aku kan gak sebodoh teman-temanku yang disini, yang pergi pagi pulang malam belajar terus, padahal juga gak pintar-pintar, gak menghasilkan duit juga, yang rela menyia-nyiakan masa mudanya hanya untuk kuliah, dan menuruti tuntutan orang tua. Menurutku itu bodoh, karna aku percaya Our Parents Love Us No Matter. Gak perlu jadi hebat dan menjadi orang yang paling pintar didunia untuk mendapatkan kasih sayang dan cinta mereka. Haha
            Datang lagi ke Medan, membuatku tetap duduk santai didalam angkutan umum. Hanya bisa berdehem lucu. Tidak heran jika akan terdengar suara klakson saat macet, tidak heran juga kalau hawa menjadi sangat panas, akan sering mati lampu, susah mendapat sinyal, dan pembanguan fly over di simpang pos yang akan memakan waktu sampai kiamat. *ckckck*.
            Herannya lagi dirumah ku sekarang kelihatan seperti toko perabot. Banyak beud perabot, sampai gak space untuk jalan hanya tersisia sedikit. Ini hanya ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama karna memang perabotnya yang semakin lama-semakin banyak, dan kemungkinan kedua orang yang menyusun perabot yang yang bisa. Dan yang nyusun adalah bapakku. Haha. Betapa kurang ajarnya anakmu ini pak. *blame me*. Tapi dia adalah orang yang mempunyai sistem yang cukup bagus. Soalnya, rata-rata perabot dirumah yang buat adalah dia, dari meja, kursi, lemari, pintu dll diukir oleh beliau sendiri (applause), ditambah lagi dinding-dinding diseluruh rumah ditempelin gypsun yang membuat rumah ini justru seperti istana Majapahit.
            Aku sudah dirumah sekitar 5 hari, dan itu bosannya minta ampun. Main gak bisa, harus ngapain bingung, dan akhirnya cuman tidur aja seharian. Tadi malam, ibuku bilang “orang tua itu bahagia kalo anaknya jadi seorang yang penurut, rajin, pinter, rajin sholat, dll, kayak si kecap itu lo, anaknya rajin kali, aku mau lah punya mantu kayak dia” (kecap bukan nama sebenarnya) “Waah, susah cari anak yang kayak gitu, cari di awul-awul juga belum tentu dapat. Wah kalo mau punya mantu kayak si kecap, ibuk juga harus punya anak kayak si saos” jawabku. “Ah, kalo kau lah memang, gak pernah mau nurut sama mamaknya” “Ya aku akan jadi penurut suatu saat nanti”

            Hari ini aku nemenin ibu beanja ke Pajak beli bahan yang mau di masak hari ini. Dengan alasan kepingin jadi anak yang penurut untuk ibu. Ditengah pasar ibuku nanyak “Mendingan beli cabe hijau gak ya?” terus aku jawab “terserah, beli juga gapapa”, “eh mau belikan ikan apa untuk bapakmu?” “terserah, aku sih manut” dan akhirnya dia meledak “Kau ini kalo ditanyak mamaknya terserah, terserah aja”, “ya kan aku mau jadi anak yang nurut, jadi terserah mamak aja lah, aku nurut, kata mamak aku harus jadi anak yang nurut, kek gini pun salah” setelah itu dia hanya diam dan berfikir. Huahaha, akhirnya aku bisa tertawa iblis. Jadi penurut, dan rajin setiap anak punya cara nya masing-masing, dan aku gak suka dibanding-bandingkan dan dijodohkan sama si Kecap. (yy)

Komentar

Postingan Populer