Satu Tugas Bapak Selesai
( Yogyakarta, 8 Juli 2018)
Satu tugas bapak selesai...
Ketidakpahamanku tentang bapak sejak
kecil membuatku membenci setiap keputusannya. Aku selalu mengira, ia orang
kuno yang terjebak di jaman modern. 16 tahun umurku saat itu memutuskan keluar
dari rumah, untuk mencari apa yang ingin aku cari, termasuk bagaimana caranya
hidup bebas, jauh dari orang tua, dan mencari jati diri. Di samping pengalihan
dari perasaanku kala itu.
Lantas, apa aku benar-benar merasa
bebas saat sudah pergi dari rumah. Tidak. Perlahan mulai terasa dari waktu ke
waktu rasa rinduku pada chaosnya suasana rumah, bagaimana mereka tertawa,
bagaimana si sosok setengah tua kala itu sangat menyayangi anaknya dengan
caranya. Rindu rumah, rasa sakit menyelimuti dada. Ternyata dengan kepergianku,
aku baru menyadari betapa kalian sangat berarti dihidupku. Terutama Bapak.
Aku tulis kisah-kisah ini lembar
demi lembar, kata demi kata untuk menyatakan bahwa aku menyayangimu pak. Yang selama
ini justru tak bisa terkatup dibibirku. Sungguh ini lebih dari sekedar
kata-kata.
6 Juli 2018, pukul 14.30 aku
berhasil menyelesaikan sidang thesisku, selama bergelut hampir dua tahun. Satu
cita-cita mu terwujud. Lebih dari itu, hal ini menyadarkanku bahwa tidak ada
yang perlu dibanggakan dari apa yang sudah kita dapat di dunia ini dengan cara selebrasi berlebihan, cukup dengan bersyukur. Betapa kesederhanaanmu
menjadikanku manusia yang lebih berfikir.
***
Sekitar dua puluh tahunan silam, aku
dilahirkan. Tentu menjadi momen yang kau tunggu. Aku menjadi hadiah dari rumah
tangga kalian. Walaupun akhirnya kita sering berpisah antara Medan dan Jogja.
Sama seperti sekarang ini. Ingat betul dengan cerita-ceritamu tentang sejarah
Belanda sepanjang malam di atas kasur, sembari menimang-nimang. Tentang aku
yang kau bawa berlari ke bidan terdekat saat daguku sobek dan harus dijahit. Tentang senja di sore hari
saat kita bermain di padang ilalang dan kau terbatuk-batuk lalu aku
menasehatimu untuk tidak merokok. Tentang sepeda roda dua yang kau ajarkan
siang-siang terik di lapangan bola. Tentang buku-buku yang kau belikan, agar
aku selalu berpacu lebih dan lebih. Tentang hayalan-halayan utopis dan nasehat
mu. Tentang kau yang selalu menyatakan bahwa aku harus lebih hebat dari pada
bapak. Dan cita-citamu menyekolahkan ku hingga s-2. Aku selesai. Cita-cita
bapak terkabul satu.
***
Setiap kali dari luar kota, bapak
selalu membawakan hadiah. Yang paling ku ingat adalah boneka guling tweety
berwarna kuning. Saat itu setiap anak ingin tweety, begitu juga aku dari baju,
anting hingga bantal. Sepulang dari dinas mu di Nias selama seminggu, kau
datang pukul 04.00 pagi, saat kau juga memanggil namaku dan membawakan apa yang
kuinginkan. Terimakasih banyak pak, atas semua yang sudah kau berikan termasuk
mewujudkan setiap impian-impianku secara
tersirat.
Kau tau betul aku suka kue ulang
tahun, terimakasih untuk selalu membawakan kue ulang tahun mini setiap kau
pulang kerja. Walaupun lelah tapi selalu kau bawakan, bahkan waktu itu bapak
masih naik angkutan umum.
Terimakasih untuk selama ini selalu
menanyakan kondisi keuanganku. Memelukku setiap kali aku berpamitan pulang dan
menyuruhku hati-hati selama di Jogja karena jauh dari Bapak.
Terimakasih atas segala pengarahan
dan bimbinganmu. Hingga tantangan yang selalu kau berikan. Pembelajaran tentang
apa arti hidup dan kerja keras. Terimakasih atas segala doa-doa mu dan setiap
kesabaran dan kepercayaan mu.
***
Pak, waktu sungguh berjalan begitu
cepat. Aku lihat bapak sudah menua. Tidak seenerjik dulu. Aku harap aku selalu
bisa menjadi anak bapak yang bisa diandalkan, bisa menjadi contoh yang baik.
Maaf untuk setiap kesalahan yang aku perbuat. Maaf untuk rasa kecewamu.
Aku
menyayangimu
-Dyah-
Komentar
Posting Komentar