KITA DIBATAS MIMPI
Siksa gelap malam kian menyakitkan hingga dingin menusuk tulang. Pikiran melayang mengambang jauh dibatas mimpi mencari sebatang roh mu yang entah dimana. Roh yang biasanya ada, datang, mengganggu, kini tak nampak lagi. Kepergianku bukan hanya menjadi siksa diri bagi mu, tapi juga bagiku, dan bagi kita. Kau seperti kangker yang menggerogot tulang-tulang, pikiran, hingga hati. Kau seperti malaikat kecil dipagi hari yang menangis rindu.
Perpisahan siang itu, aku tahu kau mencoba tegar. Bersikap biasa. Tapi itu kebohongan belaka yang semakin menunjukkan bahwa kau berat melepaskan genggaman tangan yang tak akan bisa kau raih esok hari. Yang raganya tak bisa kau peluk lusa. Yang bahunya tak ada lagi sebagai sandaranmu, kala kau menangis.
Hai, pria di batas mimpi. Aku, kau, kita akan bertemu setelah perpisahan ini. Ini adalah awal dari perjalanan kita. Perjalanan berliku berselimutkan debu, berteteskan darah hingga air mata kering enggan keluar. Hai, pria diseberang jalan. Berjalanlah kedepan dengan segala ketegaranmu, dengan segala kemampuanmu, aku akan menunggumu di batas mimpi.
Aku mengenalmu hingga ke detak nadi. Aku mengenalmu dari tanah yang disucikan disurga. Bahkan aku mengenalmu karna aku bagian rusukmu. Indah akan terasa indah. Kenangan akan tetap menjadi kenangan. Masa depan akan segera kita jelajahi, hingga melewati batas mimpi.
Tak usah resah, tak usah mengeluh. Dibatas mimpi kita akan bertemu. Cita tetaplah cita. Mimpi tetaplah mimpi. Cinta tetaplah cinta. Kau dan aku tetaplah kita. Dipertemuan yang berikutnya, berikan senyum indahmu yang tiada tara. Yang lebih indah dari gemerlap lintang malam. Dan lebih perkasa dari sang bagaskara. Aku pergi untuk kembali. Sampai bertemu dibatas mimpi.
*) foto oleh Gani
Komentar
Posting Komentar