KITA DIBATAS SENJA
"Aku lupa kapan pertama kali kita bertemu. Kapan pertama kali kita saling bicara. Kapan pertama kali kita saling menatap ragu. Yang kutahu, kita mempunyai hubungan yang lebih dari teman walaupun kita tidak pernah menyadarinya."
Di ufuk barat, diantara rintik-rintik hujan yang enggan turun aku mengamati senja. Bagi mereka yang menyukai mengamati senja, akan selalu tahu bahwa senja belum benar-benar berakhir ketika matahari terbenam. Dan senja masih juga berbisik-bisik ketika langit menjadi gelap dan permukaan air laut yang tadinya berwarna emas seolah-olah mendadak lenyap, tinggal kecipak suara lidah ombak yang menggoda nakal. Pada saat seperti itu sebuah renungan telah mencapai kesimpulannya.
Semakin kupercepat langkah menyelusuri jalan-jalan sempit. Hujan mengejar kian lebat berderu dengan angin dan sampah-sampah dedaunan kering yang berterbangan. Menyibakkan rambut tak tentu arah. Membuat kacamata berembun, dan ada titik titik basah. Dari jauh kucoba menerawang jauh kedepan. Sebatang tubuh berdiri lemas menundukkan kepala, menggenggam pagar besi yang beserbuk merah kecoklatan. Seperti sosok yang tak asing.
"Loh, Gani ada apa kok kerumahku?" tanyaku heran. Tubuhnya basah dan kedinginan. Bergetar, dan tersirat raut kesedihan dan luka yang mendalam. Semakin digenggamnya erat pagar itu. Tak ada sepatah katapun yang diucapkannya. "Yaudah ayo masuk dulu gan".
Kuberi dia handuk, dan baju ganti ala kadarnya. Kusajikan secangkir teh hangat, agar dia tenang. Dibatas senja aku memikirkannya. Memikirkan tentang aku, dan kamu. Tentang kita. Dan dibatas jalan, kau hadir menungguku. Seperti sebuah sandiwara sinetron yang sudah direncanakan. Atau mungkin ini memang ditakdirkan.
Saat itu, aku tahu, seharusnya memang tidak ada kata KITA. Yang ada hanya antara kamu dan aku yang selamanya tidak akan menyatu. Kehadiranmu hanya membuat lara yang tak kunjung sembuh hingga saat ini. Kedatangannmu saat itu menjadi pertemuan terakhir dan kecupan perpisahan yang tidak akanpernah teralami lagi. Esoknya kamu pergi jauh entah kemana. Hingga batas mimpi tak mampu lagi menembusnya. Dan yang ku tahu. Aku bahagia saat mengingat kita pernah membuat moment bahagia.
*) foto oleh Gani
Komentar
Posting Komentar